Sabtu, 29 Mei 2010

Berhitung Cepat bukan Rumus Cepat Matematika

Kali ini saya akan meluruskan atau menyamakan visi dulu atas materi-materi yang akan saya tulis di blog ini.


Berhitung cepat SD yang merupakan judul blog ini bukan blog yang menyarankan penggunaan rumus-rumus cepat matematika untuk mengerjakan suatu soal tanpa memahami konsep dasarnya terlebih dahulu, tapi lebih bagaimana kita membangun anak untuk memahami konsep dasar berhitung, lalu biarkan si anak bebas berekspresi dalam mengerjakan soal dengan caranya sendiri.

Meski demikian bukan berarti pula saya tak akan menulis tips-tips rumus cepat, hanya saja ajarkan rumus tersebut jika anak sudah memahami konsepnya terlebih dahulu.

Tapi kan jadi lama kalo harus paham konsepnya?
Lantas kok bisa jadi cepat ngitungnya ?

Saya akan balik bertanya, mengapa anda tahu bahwa 10 x 1000 = 10.000 ….?
Apakah anda pernah menghafal sampai perkalian 1000 ?
Atau anda harus mengalikan secara bersusun ?
Mengapa anda tahu jawabannya adalah 10.000 tanpa menghitungnya dulu ?

Itu karena anda memahami KONSEP DASAR PERKALIAN plus anda sering latihan, entah saat sekolah dulu berapa kali anda menjawab soal 10 x 1000, atau anda berkali-kali menemuinya di kehidupan sehari-hari, saat menghitung uang misalnya.

Tak perduli anda memakai cara apa untuk menemukan jawaban tadi, bisa pake cara bersusun, bisa pake penjumlahan, bisa pake jarimatika, ngitung pake sempoa atau bahkan pake kalkulator, tapi ketika anda sudah paham konsep dasar perkaliannya, bahwa 10 x 1000 adalah 1000nya ada 10 maka anda akan menjawab lebih cepat dan sudah tidak memerlukan cara-cara tadi. Tentunya juga karena anda sudah berlatih tahunan.

Bagaimana teknis menanamkan konsep- konsep seperti di atas itulah yang lebih saya fokuskan pada blog ini.

Beberapa point dalam belajar berhitung cepat antara lain :

1. Tanamkan konsep.
2. Banyak latihan, biarkan anak menemukan caranya sendiri.
3. Bila point 2 macet, maka anak perlu dibimbing untuk
    menemukan cara.
4. Baru setelah anak benar-benar paham konsep dasar, anda boleh
    menyarankan rumus cepat sebagai pelengkap.

Pada dasarnya rumus cepat adalah alat tambahan untuk mempercepat proses pengerjaan. Tapi sangatlah tidak mendidik jika kita tidak mengajarkan konsepnya.

Bayangkan anda tidak bisa berhitung sama sekali, tapi anda punya sebuah kalkulator. Mungkin anda bisa menjawab cepat, tapi apakah anda tahu kapan anda harus memakai penjumlahan, kapan pake perkalian, kapan harus membagi, kapan pakai persentase atau kapan pakai pangkat kuadrat. Kalo anda penjaga toko, waaah yaa dijamin bangkrut tuh toko?

Maka bisa dibilang mengajarkan rumus cepat matematika tanpa pemahaman konsep adalah PEMBODOHAN ANAK.
Anak kita akan jadi seperti robot kalo ga paham apa-apa….

SAVE OUR CHILD…..
Semoga bermanfaat ……

Jumat, 21 Mei 2010

Cara mempersiapkan anak Berhitung sebelum masuk SD

Ada suatu kasus pada anak SD kelas 1.
Saat anak baru masuk kelas 1 SD, untuk pertama kalinya dia bertemu dengan pelajaran Matematika yang sesungguhnya. Berhasil atau tidaknya anak dalam pelajaran matematika kelas 1 itu akan berdampak besar pada pandangannya terhadap pelajaran matematika kelak. Apakah matematika itu menyenangkan atau menakutkan bagi si anak sangat tergantung pada fase ini. Anak akan sangat antusias dengan matematika di kemudian hari ketika saat kelas I dia berhasil memahami bahwa matematika itu mudah. Dan sebaliknya, jika saat kelas I, anak memahami matematika sebagai monster kerena kegagalan-kegagalannya, maka wajah matematika akan sangat menyeramkan bagi si anak di kemudian hari.

Lantas apa yang bisa kita lakukan ?

Tentunya kita harus menyiapkan anak sebelum dia masuk SD, sehingga saat dia masuk SD, dia benar-benar mampu memahami bahwa matematika itu mudah dan menyenangkan.....

Trus caranya gimana ?

Kalau kita merujuk pada materi pelajaran Matematika pada kelas 1 semester 1, ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki anak sebelum masuk SD.

* Memahami bilangan 0 sampai 10 dengan menggunakan jari.
* Anak harus mampu berhitung maju 0 sampai 100 dengan mengucapkannya ( nol,satu,
   dua,……dst sampai seratus ), atau mengurutkan bilangan dari yang terkecil.
* Mampu memahami makna bilangan (misal bila ada gambar 36 apel, anak mampu
   menghitungnya )
* Mampu menulis lambang bilangan dan nama bilangan.

Contoh :
1 = satu , dan sebaliknya satu = 1
2 = dua dua = 2

1, 2, 3, …dst adalah lambang bilangan, sedangkan satu, dua, tiga, ….dst adalah
nama bilangan.

* Mampu menghitung mundur (mengucap angka) dari bilangan 20 sampai 0

   contoh berhitung mundur : 20...19...18...17...16...dst secara urut.
   ( mengurutkan bilangan dari yang terbesar ).

* Memahami konsep lebih banyak, lebih sedikit dan sama banyak.
* Memahami konsep penjumlahan dan pengurangan. ( kapan harus ditambah, kapan harus
   dikurang).
* Menjumlah dan mengurang menggunakan jari.

Dengan anak menguasai point-point di atas, anak sudah memiliki bekal yang cukup untuk bersaing di tingkat kelas I SD, yang tentunya dapat menjadi dasar pemahaman bahwa matematika mudah dan menyenangkan. Dan tentunya hal tersebutlah yang kita inginkan dan bermanfaat bagi anak di jenjang selanjutnya.

Untuk tekhnis cara mengajarkan point – point di atas akan saya jelaskan lebih detail pada posting selanjutnya.

Semoga bermanfaat.....

Kamis, 20 Mei 2010

cara belajar penjumlahan cepat

Baru-baru ini saya mendapati sebagian murid saya sulit dan memerlukan waktu lama dalam operasi penjumlahan sederhana ( dibawah bilangan 20 ) tapi sebagian murid lain cepat. Saya jadi penasaran kira-kira apa yang menjadikan perbedaan itu. Apa beda IQ ya?
Setelah saya perhatikan cara mereka berpikir, saya lihat perbedaan ada di cara mereka membayangkan 10 jari mereka di otak mereka.

Bagaimana mereka memahami 10 jari saat menjumlah bilangan?

Sebagai misal: 3 + 4
A adalah murid yang lambat dalam menghitung
B adalah murid yang cepat dalam menghitung

A menghitung dengan menggunakan tangannya yang kiri berdiri 3 jari dan yang kanan 4 jari
lalu dihitunglah jari kiri kanan yang berdiri ......
1...2....3....4....5...6...7...

B menghitung dengan memilih angka antara 3 atau 4 mana yang lebih besar.
Tentu angka 4 terpilih sebagai yang terbesar, lalu angka 4 itu dimasukkan ke dalam otak.

Baru kemudian tangan kiri berdiri 3 jari. Diucapkanlah angka yang tersimpan di otak lalu diteruskan dengan menghitung jari kiri yang berdiri. ..... 4...5...6...7  jadi jawaban 3 + 4 = 7
Lalu kemana tangan kanan B..? itulah hebatnya, tangan kanannya tetap memegang pensil dan siap menulis jawabannya.

Dengan melihat hal di atas tentu waktu B mengerjakan lebih cepat dari A.
Bila anak/murid/adik anda termasuk memakai cara A, maka anda bisa mengajarkan cara B....
Bagaimana caranya..?
begini kira-kira...

ketika anda memberikan soal penjumlahan pada anak, tanamkan konsep..
"KECIL DI TANGAN, BESAR DI KEPALA"
artinya angka kecil di tangan (mengangkat jari tangan sesuai angka), sedangkan angka besar disimpan di kepala. Lalu sebutkan angka yang di kepala diteruskan dengan menghitung jari yang berdiri, seperti yang dilakukan si B tadi.
Konsep di atas hanya berlaku pada penjumlahan dengan salah satu bilangan penjumlahnya di bawah bilangan 10. Misal:
5 + 6
14 + 4
3 + 24
dll
Cara tersebut akan mempermudah anak untuk mengerjakan penjumlahan bersusun di kemudian hari.
Asalkan anda meluangkan waktu untuk melatih anak setiap hari. Cukup beri 5 soal tiap hari, insyaAllah konsep "kecil di tangan, besar di kepala" akan tertanam pada anak.
Selamat mencoba.dan Semoga Allah memberi kemudahan kita dalam mengajarkan dan anak kita diberikan rizki kefahaman. Amien.

Semoga bermanfaat..